Budaya Organisasi dan Kendalanya Dalam Kinerja Bisnis (Usaha Restoran Happiness Kitchen and Coffee) Etika Bisnis


MATERI 3
BUDAYA ORGANISASI DAN KENDALANYA
DALAM KINERJA BISNIS
 (USAHA RESTORAN HAPPINESS KITCHEN AND COFFEE)
ETIKA BISNIS
3EA04 

Disusun Oleh Kelompok 8 :
Mutia Lariza Andini             17214671
Pungki Santoso                     18214551
RM Dandy Febrianto           18214702
Rizqia Dana                           19214743
Yogi Dwi Kurniawan              1C214417


Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga tugas makalah etika bisnis dengan judul “Usaha Restoran Happiness Kitchen and Coffee (dikaitkan dengan budaya organisasi dan kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis)ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

    Depok, April 2017 


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
1.1            Teori Budaya Organisasi dan Kendalanya dalam Kinerja Bisnis
1.1.1        Pengertian Budaya Organisasi
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah internal maupun eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan permasalahan tersebut
Menurut dimock Organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Mc Farland Organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi, organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Susanto Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sember daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertingkah laku atau berprilaku.
Jadi budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut oleh suatu organisasi dan itu menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.

Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
1.1.2        Asal Muasal Budaya Organisasi
Kebiasaan, tradisi dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada disebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi :para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri orgaisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut.pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan sistem mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara : pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepeikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri. Dengan demikian, meginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai actor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
1.1.3        Karakteristik Budaya Organisasi
Adanya budaya organisasi sesungghnya tumbuh karena diciptakan dan di kembangkan oleh individu individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai nilai yan harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai nilai tersebutdigunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka beada dalam lingkungan organisasi tersebut,dan dapat dianggap sebagaiciri khas yang membedakan sebuah organerisasi dengan organisasi lainnya.
Menurut Antonius dan Antonina mengatakan mengenai karakteristik dan dimensi nilai yang terkandung dalam budaya organisasi yaitu:
a.      Orientasi hasil,
b.      Orientasi orang,
c.       Orienasi tim,
d.      Keagresifias,
e.      Kemantapan atau stabilitas,
f.        Inovasi dan keberanian menggambil resiko,
g.      Perhatian pada hal-hal yang lebih rinci,
Dalam teori diatas dijelaskan bahwa sebuah organisasi dapat memiliki karaktersitik yang terkandung dalam budaya organisasinya. Sejauh mana organisasi berfokus kepada hasil, dan buku hanya pada proses, melihat sejauh mana keputusan menejemen memperhitungkan efek hasil pada individu didalam organisasi itu. Kemudian sejauh mana kegiatan kerja diorganisasi kan sekitar tim tim, bukannya individu individu, melihat sejauh mana karyawan itu agresif dan kompetitif, bukanya santa santai, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhuan, lalu sejauh mana karyawan berani berinovasi dan menghadapi resiko pekerjaan. Sampai pada akhirnya sejauh mana karyawan mencermati pekerjaan lebih presisi dan memfokuskan pada hal hal yang lebih rinci.
Diperkuat dengan pendapat Robbins dan Judge kultur organisasi mengacu kepada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini, bila dicermati secara lebih seksama, adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Penelitian menunjukan bahwa ada 7 karakteristik utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat kultur organisasi.
1.      Invovation and Risk taking (inovasi dan pengambilan resiko) suatu tingkatan dimana pekerja didorong untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2.      Attention of detail (perhatian pada hal-hal detail) dimana pekerja diharapkan menunjukan ketepatan, analisis, dan perhatian pada hal detail.
3.      Outcome orientation (orientasi pada manfaat) dimana manajemen memfokus pada hasil atau manfaat dari pada sekedar pada teknik dan proses yang dipergunakan untuk mendapatkan manfaat tersebut.
4.      People orientation (orientasi pada orang) dimana keputusan manajemen mempertimbangkan pengaruh manfaatnya pada orang dalam organisasi.
5.      Team orientation (orientasi dalam tim) dimana aktivitas kerja di organisasi berdasar tim dari pada individu.
6.      Aggressiveness (agresifitas) dimana orang cenderung lebih agresif dan kompetitif dari pada easy going.
7.      Stability (stabilitas) dimana aktivitas organisasional menekankan pada menjaga status quo sebagai lawan dari perkembangan.
Dari semua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa karakteristik budaya organinsasi, yaitu inovasi dan pengambilan resiko, perhatian pada detail, orientasi hasil, orientasi pada individu, orientasi pada tim, keagresifan serta stabilitas.
1.1.4        Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a.       Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b.      Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c.       Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d.      Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e.       Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.


1.1.5        Kendala Mewujudkan Kinerja Bisnis
Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top management yang secara moral rendah, sehingga berdampak pada seluruh kinerja Bisnis. Perilaku perusahaan yang etis biasanya banyak bergantung pada kinerja top management, karena kepatuhan pada aturan itu berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah. Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis yang Etis, yaitu :
1.      Mengatasi Masalah Tenaga Terampil 
Tenaga kerja Indonesia tidak banyak yang terampil . Oleh karena itu harus adanya pelatihan tersendiri bagi para tenaga kerja. Jika usaha anda masih kecil bisa memanggil keluarga atau teman dekat sebagi pertner awal ataupun sebagai tenaga kerja yang terampil. Namun kan lebih baik dan efisien jika sejak bisnis anda didirikan sudah ada komitmen bahwa hanya akan merekrut tenaga profesional yang termpil dan bertanggung jawab. Disini lah peran anda sebagi penyeleksi para calon pekerja anda.
2.      Mengatasi Masalah Bahan Baku
Sebenarnya masalah bahan baku bisa anda atasi dengan kemampuan me lobi anda. Anda bisa menawar harga yang lebih murah jika membeli dengan jumlah yang banyak pada produsen. Tentunya dalam memilih produsen 2 hal yang harus diperhaitkan ialah kualitas dan harganya agar hasil dari bisnis anda bisa bersaing dipasaran. Tetapkan juga standar kualitas bahan baku agar usaha anda bisa bertahan lama .
3.      Mengatasi Masalah Pemasaran
Ini adalah salah satu faktor paling penting dalam kesuksesan sebuah bisnis. Tanpa pemasaran yang baik ide dan gagasan yang baik tidak akan bertumbuh secara baik. Pemasaran terdiri atas 4 aspek yaitu produk harga, promosi, tempat. Jika keempat aspek diatas dapat anda menfaatkan tentu pemasaran lebih mudah dan bisnis anda akan cepat bertumbuh.

1.2            Teori Masing-Masing Anggota Kelompok
1.2.1        Mutia Lariza Andini – 17214671
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Secara Umum, Pengertian Budaya Organisasi adalah sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh organisasi dan menjadi panutan organisasi sebagai pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. atau budaya organisasi juga diartikan sebagai nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima dan dipahami secara bersama oleh anggota organisasi sebagai dasar dalam aturan perilaku yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Kelangsungan hidup organisasi di tentukan oleh kemampuan perusahaan memberi tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Sehubungan dengan itu, perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan, penemuan baru, atau pengelolaan biaya dalam mengahadapi realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya.












1.2.2        Pungki Santoso - 18214551
Menurut Robbins: Budaya organisasi menurut Robbins adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.
Menurut Gareth R. Jones: Definisi budaya organisasi menurut Gareth R. Jones adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, suatu sistem dari makna bersama.
Menurut Walter R. Freytag: Pengertian budaya organisasi menurut Walter R. Freytag bahwa budaya organisasi adalah asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang disadari atau tidak disadari yang mampu mengikat kepaduan suatu organisasi. Asumsi dan nilai tersebut menentukan pola perilaku para anggota di dalam organisasi.
Menurut Larissa A. Grunig, et.al.., : Menurut Larissa A. Grunig, et. al.., bahwa budaya organisasi adalah totalitas nilai, simbol, makna, asumsi, dan harapan yang mampu mengorganisasikan suatu kelompok yang bekerja secara bersama-sama.
Menurut Lathans (1998): Budaya organisasi menurut Lathans (1998) adalah norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.
Menurut Sarpin (1995): Pengertian budaya organisasi menurut sarpin adalah suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur system formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Menurut Mondy dan Noe (1996) budaya organisasi adalah system dari shared values, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku.
Menurut Hodge, Anthony dan Gales (1996):  Budaya organisasi menurut mereka adalah konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak kelihatan (unobservable).
















1.2.3        Rizqia Dana Fadhillah – 19214743
Menurut Susanto budaya organisasi adalah nilai nilai yang menjadi pedoman sumberdaya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing masing anggota organisasi harus memahami nilai nilai yang ada dan sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau berperilaku
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Budaya organisasi adalah bagaimana organisasi belajar berhubungan dengan lingkungan yang merupakan penggabungan dari asumsi, perilaku, cerita, mitos, ide, metafora, dan ide lain untuk menentukan apa arti bekerja dalam suatu organisasi.
Budaya organisasi yaitu sebuah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan dalam berperilaku dalam organisasi. Dimana akan diturunkan kepada anggota baru sebagai cara bagaimana melihat, berfikir, dana merasa dalam organisasi, budaya memiliki beragam fungsi dalam sebuah lingkup organisasi seperti menciptakan perbedaan antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya, lalu budaya juga membuat sebuah identitas organisasi.
 Budaya juga turut membantu terciptanya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari kepentingan masing masing individu, lalu budaya juga meningkatkan stabilitas sistem sosial, lalu budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang cukup masuk akal, serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawannya.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem yang berisikan norma norma perilaku, sosial dan moral yang dianut oleh setiap individu di dalam organisasi untuk mengarahkan tindakan mereka dalam mencapai tujuan organisasi.
















1.2.4        RM Dandy Febrianto P - 18214702
Menurut Schein, pengertian budaya organisasi adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu, dengan maksud agar organisasi elajar mengatasi dan menganggulangi masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkanaan dengan masalah-masalah tersebut.
Secara umum pengertian Budaya Organisasi merupakan sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh organisasi dan menjadi panutan organisasi sebagai pembeda antara satu organisasi yang lain. Atau budaya organisasi juga diartikan sebagai nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima dan dipahami dengan secara bersama oleh anggota organisasi sebagai dasar dalam aturan perilaku yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Asal muasal budaya organisasi bersumber dari pendirinya karena pendiri dari organisasi tersebut memiliki pengaruh besar akan budaya awal organisasi baik dalam hal kebiasan atau ideologi. Misalnya misi yang dapat ia paksakan pada seluruh anggota organisasi. Yang dimana hal ini dilakukan dengan pertama merekrut dan mempertahankan anggota yang sepaham. Kedua melakukan indokrinasi dan mensosialisasikan cara piker dan berperilaku kepada karyawan, lalu yang terakhir ialah pendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong anggota untuk mengidentifikasi diri, dan jika organisasi mengalami kemajuan maka organisasi akan mencapai kesuksesan, visi dan pendiri akan dilihat sebagai faktor penentu utama keberhasilan.




1.2.5        Yogi Dwi Kurniawan - 1C214417
       Menurut Gibson (1997 : 372) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur organisasi dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut. Dari definisi tersebut, penyusun mencoba menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem yang dipahami oleh seluruh anggota organisasi/perusahaan dimana sistem tersebut tidak tertulis namun telah melekat erat pada setiap anggotanya serta menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain dan dapat mempengaruhi sebuah organisasi.
       Budaya memiliki beberapa fungsi dalam sebuah organisasi seperti budaya menciptakan perbedaan antara suatu organisasi dengan yang lainnya, budaya membuat identitas suatu organisasi, budaya membantu terbentuknya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari pada kepentingan individu, budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial, budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
       Selain mempunyai berbagai fungsi seperti yang disebutkan di atas, budaya organisasi juga rupanya dapat menjadi sebuah hambatan seperti hambatan sebagai keberagaman, hambatan bagi akuisisi dan merger.
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan elemen penting dalam suatu organisasi/perusahaan karena budaya organisasi merupakan suatu ciri khas pada sebuah organisasi/perusahaan.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Gambaran Unit Usaha
Happiness Kitchen & Coffee dibuka pada tanggal 16 April 2016, yang memiliki slogan  Happiness Start From Here. Pemilik Happiness Kitchen & Coffee, Deddy Satriawan dan Dian Ariani, sengaja menghadirkan konsep yang lebih indentik dan terinspirasi dengan coffee shop yang ada di            Belanda sehingga owner ini mendesainnya dalam industrial dan homey yang membuat konsumen merasa nyaman jika berada di tempat ini. Desain di dalam restoran ini menggunakan berbagai macam warna pastel, dan memiliki dua ruangan yaitu indoor dan outdoor. Suasana outdoor di buat dengan konsep garden. Setiap spot di tempat ini bisa dijadikan tempat  untuk berfoto dengan tema yang berbeda-beda. Dan yang menjadi spot favorit di antaranya meja satu sampai empat yang dindingnya terdapat tulisan Happiness, kemudian pintu masuk dengan background rumah Belanda, lalu lukisan mural dan area belakang jendela rumah kayu.
Sejak didirikan, Restoran ini memiliki kapasitas 160 seat ini ramai dikunjungi, terbukti total customer yang datang kurang lebih sebanyak 2792 orang. Happiness Kitchen & Coffee berada di Jl. Moh. Kahfi 1 No. 36 A, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Restoran ini buka setiap hari dari mulai pukul 10.00 – 22.00 WIB.
2.1.1 Profile Restoran Happiness Kitchen & Coffee
Nama               : Happiness Kitchen & Coffee
Jenis Usaha      : Perdagangan Makanan dan Minuman
Alamat             : Jl. Moh. Kahfi 1 No. 36 A, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kota/Negara    : Jakarta 12630 / Indonesia
Telepon            : (021) 227-14-835
E-mail              : happiness.kitchenandcoffee16@gmail.com

2.1.2 Mekanisme Operasional
1)        Faktor Produksi dan Operasi
Dalam hal pengolahan bahan baku hingga menjadi menu siap saji, lakukan oleh karyawan dibawah pengawasan bagian produksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kualitas menu dan penyajiannya tetap terjada dan memiliki cita rasa yang khas, hal ini menjadi salah satu kekuatan bagi kekuatan bagi restoran Happiness Kitchen & Coffee.
Pengorganisasian di restauran ini secara keseluruhan dibawah pengawasan Owner . Owner membagi jam kerja menjadi shift yaitu shift morning antara pukul 08.00-16.00, shift middle antara pukul 12.00-20.00 dan shift closing jam 14.00-22.00. Setiap shift morning diisi oleh lima orang karyawan, shift middle diisi oleh dua orang karyawan dan shift closing diisi oleh sepuluh orang karyawan.
2)        Sumber Daya Manusia
          Kualitas pelayanan tidak lepas dari sumber daya manusia Happiness Kitchen & Coffee memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan mengerti tentang menu yang mereka jual.
3)      Faktor Pemasaran
Faktor pemasaran ini berhubungan dengan produk, harga, distribusi perusahaan, dan promosi. Pemasaran yang dilakukan sekiranya sudah baik untuk dan berhasil mencapai omset yaitu sekitar Rp. 80 juta-100 juta/bulan.





2.1.3 Struktur Organisasi



Keterangan Struktur Organisasi:
1.     Owner: Pemilik restaurant dan sekaligus pimpinan bagi seluruh bagian atau karyawan dalam restaurant tersebut.
2.    Marketing Promotion: Bertanggung jawab untuk mempromosikan restoran melalui akun sosial media ataupun promosi yang dilakukan restoran seperti memberikan diskon special setiap pembelanjaan pada saat waktu yang telah ditentukan.
3.       Accounting: Bertanggung jawab atas laporan keuangan restoran terhadap owner restoran tersebut.
4.       Manager Restaurant: Bertanggung jawab untuk mengawasi daily operational di restoran supaya selalu dapat memberikan dan menyajikan kualitas pelayanan secara maksimal serta menjaga standar pelayanan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan; merancang ide kegiatan yang kreatif agar dapat menambah pemasukan keuangan restoran; memberikan pelatihan kepada karyawan; mengawasi biaya atau pengeluaran dan harus sesuai dengan presentasi standard cost  yang telah ditetapkan manajemen.
5.   Supervisor Restaurant: Bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dalam kegiatan operasional restaurant seperti cek kehadiran karyawan, cek daftar pesanan, cek persediaan barang dan bahan, cek standart kualitas menu, dan sebagainya.
6.    Leader Barista: Bertanggung jawab dalam operasional produksi restoran yaitu membuat minuman seperti coffee dan minuman lainnya.
7.    Leader Kitchen: Bertanggung jawab dalam operasional produksi di restoran yaitu mengelola dapur, menyusun menu, membuat standart recipe beserta food cost nya, membuat purchase order (bahan-bahan), mengawasi jalannya operasional dapur, dan sebagainya.
8.   Cashier: Bertanggung jawab untuk menjalankan proses penjualan dan pembayaran, melakukan pencatatan atas semua transaksi, melakukan proses transaksi pelayanan jual beli.
9.     Server: Bertanggung jawab untuk melayani dan memenuhi semua kebutuhan tamu. Server  juga bertugas mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam operasional seperti serta menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan kerja.
10.   Steward: Bertanggung jawab untuk mengurus alat-alat dapur pada restoran mengupayakan kebersihan lingkungan daerah kerja agar terhindar dari gangguan kesehatan bagi konsumen maupun karyawan.
2.1.4 

2.2      Kaitan Unit Usaha Dengan Teori Budaya Organisasi
2.2.1 Budaya Organisasi
Menurut Gareth R. Jones dalam buku Pengantar Bisnis Moder Abad 21 (Darsono: 2016 hal 174) Budaya Organisasi adalah suatu bentuk acuan interaksi para anggota organisasi dan bentuk acuan interaksi dengan pihak luar. Bentuk acuan itu adalah nilai, norma-norma, dan aturan-aturan sebagai dasar para anggota untuk berfikir dan berperilaku. Hakikatnya budaya organisasi adalah alat untuk menafsirkan dan mereaksi kondisi objektif, dan budaya organisasi dapat dijadikan sumber tenaga keunggulan kompetitif.
Dalam restoran Happiness Kitchen and Coffee budaya organisasi dapat terlihat dari peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di tempat ini, diantaranya sebagai berikut :
1.      Para karyawan harus menggunakan seragam yang telah disediakan oleh office.
2.      Kedisiplinan untuk para karyawan agar datang tepat waktu.
3.      Sopan dan ramah dalam berperilaku terhadap pelanggan atau konsumen.
4.      Jujur dalam melayani konsumen.
5.      Para karyawan harus selalu menjaga kerapihan dan kebersihan di lingkungan kerja.
6.      Memahami makanan dan minuman yang tersedia.

2.2.2   Kendala mewujudkan kinerja bisnis
Happiness Kitchen and Coffee dalam pencapaian tujuan etika bisnis terdapat beberapa masalah dan kendala. Beberapa kendala tersebut yaitu :


1.    Masalah permodalan Happiness Kitchen and Coffee dengan menggunakan “Joint Venture” yaitu membuka usaha dengan mengajak pihak lain untuk dengan pantungan modal dan keuntungannya akan dibagi sesuai saham yang ditanamkan termasuk kerugian yang ditanggung oleh kedua belah pihak namun ada perjanjian diantara kedua belah pihak untuk menghindari konflik di waktu mendatang.
2.      Masalah Tenaga Terampil bertepatan dengan kualitas pelayanan tidak lepas dari sumber daya manusia Happiness Kitchen & Coffee dengan memberikan pelatihan kepada setiap karyawan sesuai dengan jobdesk masing-masing sehingga perusahaan akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan memahami pekerjaan masing-masing serta dapat mengerti tentang menu yang mereka jual.
3.    Masalah Bahan Baku pada Happiness Kitchen and Coffee adalah ketergantungan restoran dengan supplier karena dari supplier-lah bahan-bahan tersebut dapat diolah dan dijual kembali. Hubungan antara supplier dengan restoran tentu tidak selalu berjalan dengan baik, terkadang terhambat oleh banyaknya kendala yang didapatkan. Oleh karena itu, restoran tersebut jangan hanya terpaku kepada satu supplier saja. Owner dapat mencari alternatif supplier yang lain dengan membandingkan harga dan kualitasnya.
4.      Masalah Pemasaran, sistem penjualan yang dilakukan oleh Happiness Kitchen & Coffee terbilang baru yang didirikan setahun lalu, restoran ini juga belum membuka cabang dan hanya menggunakan saluran distribusi langsung dengan mendirikan restoran ini ditempat yang strategis. Hal ini memudahkan para konsumen untuk menjangkau tempat tersebut yang dapat diakses menggunakan angkutan umum dan berada tepat di depan jalan raya agar para konsumen yang sudah menjadi langganan, tetap dapat merasakan penyajian makanan yang khas yang tidak didapatkan pada restoran lain. pihak manajemen juga memberikan promo-promo menarik dengan minimal berbelanja pada hari yang telah ditentukan serta dengan memberikan ciri khas tulisan-tulisan happiness pada dinding restoran ini sehingga muncul keinginan untuk datang kembali, selain itu diharapkan juga dapat menciptakan konsumen baru yang memilih Happines Kitchen & Coffee sebagai alternative tempat makan yang akan  dikunjungi. Namun restoran ini terbilang baru yang didirikan setahun lalu, restoran ini juga belum membuka cabang dan hanya menggunakan saluran distribusi langsung.


















BAB III
PENUTUP
   3.1    Kesimpulan
Happiness Kitchen and Coffee merupakan salah satu jenis kuliner yang dikenal luas masyarakat khususnya daerah Jakarta Selatan dan restoran ini merupakan salah satu restoran yang paling diminati oleh masyarakat luas karena lokasi yang mudah dijangkau dan letaknya strategis dengan suasana desain interior yang membuat pelanggan aau konsumen merasa nyaman jika berlama-lama ada direstoran ini didukung dengan fasilitas yang memadai.
Faktor-faktor yang terpenting mengapa para konsumen memilih makan di Happiness Kitchen and Coffee dari pada tempat yang lain adalah menu yang bervariasi dengan harga yang terjangkau sesuai dengan kualitas dan cita rasa yang diberikan membuat masyarakat berkali-kali datang dengan sanak saudara, rekan kerja atau quality time bersama family. Serta pelayanan yang responsive dan ramah sehingga membuat konsumen merasa puas dan tertarik untuk selalu datang ke rumah makan ini.














BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Darsono Prawironegoro. 2016. Pengantar Bisnis Modern abad 21. Jakarta: Mitrawacana Media.
Kreitner,  Robert,  Angelo  Kinicki.  2005. Perilaku  Organisasi.  Jakarta  :  Salemba Empat.
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit Alfabeta, 2008
https://allaboutperilakuorganisasi.wordpress.com/2014/05/28/budaya-organisasi/
http://junioribel.blogspot.co.id/2016/11/kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL NUGGET SAYUR (NASA)

POSTER IKLAN NUGGET SAYUR (NASA)