Budaya Organisasi dan Kendalanya Dalam Kinerja Bisnis (Usaha Restoran Happiness Kitchen and Coffee) Etika Bisnis
MATERI 3
BUDAYA ORGANISASI DAN KENDALANYA
DALAM KINERJA BISNIS
(USAHA RESTORAN HAPPINESS KITCHEN AND
COFFEE)
ETIKA BISNIS
3EA04
Disusun Oleh Kelompok 8 :
Mutia Lariza Andini 17214671
Pungki Santoso 18214551
RM Dandy Febrianto 18214702
Rizqia Dana 19214743
Yogi Dwi Kurniawan 1C214417
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga tugas makalah etika bisnis dengan judul “Usaha
Restoran Happiness Kitchen and Coffee (dikaitkan
dengan budaya organisasi dan kendala dalam
mewujudkan kinerja bisnis)” ini dapat tersusun
hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Depok, April 2017
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat
pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan.
1.1
Teori
Budaya Organisasi dan Kendalanya dalam Kinerja Bisnis
1.1.1
Pengertian Budaya Organisasi
Budaya
adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu
masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah internal maupun
eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan dan untuk
diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai jalan yang terbaik untuk
berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan permasalahan tersebut
Menurut dimock Organisasi
adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling berkaitan
untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Mc Farland Organisasi
adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya
terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi,
organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis yang
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut
Susanto Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sember daya
manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi
ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami
nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
berprilaku.
Jadi
budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut oleh suatu organisasi dan
itu menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Kebiasaan,
tradisi,
dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi
saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah
pada sumber tertinggi budaya
sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara
tradisional,
pendiri organisasi memiliki pengaruh
besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak
memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi
sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh
memudahkan pendiri memaksakan visi
mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam
tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan
yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi
dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir,
perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan
untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai,
dan asumsi
pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu
dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian
para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
1.1.2
Asal
Muasal Budaya Organisasi
Kebiasaan,
tradisi dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada disebuah organisasi
saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah
pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi :para pendirinya.
Secara
tradisional, pendiri orgaisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal
organisasi tersebut.pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan
atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru
lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan sistem mereka pada seluruh anggota
organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara : pertama, pendiri
hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepeikiran dan seperasaan
dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara
pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendri sendiri
bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi
diri. Dengan demikian, meginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri
tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang
sebagai actor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian
para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
1.1.3
Karakteristik Budaya Organisasi
Adanya budaya
organisasi sesungghnya tumbuh karena diciptakan dan di kembangkan oleh individu
individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai nilai
yan harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai nilai
tersebutdigunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka beada dalam
lingkungan organisasi tersebut,dan dapat dianggap sebagaiciri khas yang
membedakan sebuah organerisasi dengan organisasi lainnya.
Menurut Antonius
dan Antonina mengatakan mengenai karakteristik dan dimensi nilai yang terkandung
dalam budaya organisasi yaitu:
a.
Orientasi
hasil,
b. Orientasi orang,
c. Orienasi tim,
d. Keagresifias,
e. Kemantapan atau stabilitas,
f.
Inovasi dan
keberanian menggambil resiko,
g. Perhatian pada hal-hal yang lebih rinci,
Dalam teori diatas dijelaskan bahwa sebuah organisasi dapat memiliki
karaktersitik yang terkandung dalam budaya organisasinya. Sejauh mana
organisasi berfokus kepada hasil, dan buku hanya pada proses, melihat sejauh
mana keputusan menejemen memperhitungkan efek hasil pada individu didalam
organisasi itu. Kemudian sejauh mana kegiatan kerja diorganisasi kan sekitar
tim tim, bukannya individu individu, melihat sejauh mana karyawan itu agresif
dan kompetitif, bukanya santa santai, sejauh mana kegiatan organisasi
menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhuan, lalu
sejauh mana karyawan berani berinovasi dan menghadapi resiko pekerjaan. Sampai
pada akhirnya sejauh mana karyawan mencermati pekerjaan lebih presisi dan
memfokuskan pada hal hal yang lebih rinci.
Diperkuat dengan pendapat Robbins dan Judge kultur organisasi mengacu
kepada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama
ini, bila dicermati secara lebih seksama, adalah sekumpulan karakteristik kunci
yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Penelitian menunjukan bahwa ada 7 karakteristik utama yang, secara
keseluruhan, merupakan hakikat kultur organisasi.
1.
Invovation and Risk taking (inovasi dan pengambilan resiko) suatu tingkatan
dimana pekerja didorong untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2.
Attention of detail (perhatian pada hal-hal detail) dimana pekerja
diharapkan menunjukan ketepatan, analisis, dan perhatian pada hal detail.
3.
Outcome orientation (orientasi pada manfaat) dimana manajemen memfokus
pada hasil atau manfaat dari pada sekedar pada teknik dan proses yang
dipergunakan untuk mendapatkan manfaat tersebut.
4.
People orientation (orientasi pada orang) dimana keputusan manajemen
mempertimbangkan pengaruh manfaatnya pada orang dalam organisasi.
5.
Team orientation (orientasi dalam tim) dimana aktivitas kerja di organisasi berdasar tim
dari pada individu.
6.
Aggressiveness (agresifitas) dimana orang cenderung lebih agresif dan kompetitif dari
pada easy going.
7.
Stability (stabilitas) dimana aktivitas organisasional menekankan pada menjaga
status quo sebagai lawan dari perkembangan.
Dari semua pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa karakteristik budaya organinsasi, yaitu
inovasi dan pengambilan resiko, perhatian pada detail, orientasi hasil,
orientasi pada individu, orientasi pada tim, keagresifan serta stabilitas.
1.1.4
Fungsi Budaya Organisasi
Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang
jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas
bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya
komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual
seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang
tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat
makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
1.1.5
Kendala
Mewujudkan Kinerja Bisnis
Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top management
yang secara moral rendah, sehingga berdampak pada seluruh kinerja Bisnis.
Perilaku perusahaan yang etis biasanya banyak bergantung pada kinerja top
management, karena kepatuhan pada aturan itu berjenjang dari mulai atas ke
tingkat bawah. Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis yang Etis, yaitu :
1. Mengatasi Masalah Tenaga
Terampil
Tenaga kerja Indonesia tidak banyak
yang terampil . Oleh karena itu harus adanya pelatihan tersendiri bagi para
tenaga kerja. Jika usaha anda masih kecil bisa memanggil keluarga atau teman
dekat sebagi pertner awal ataupun sebagai tenaga kerja yang terampil. Namun kan
lebih baik dan efisien jika sejak bisnis anda didirikan sudah ada komitmen
bahwa hanya akan merekrut tenaga profesional yang termpil dan bertanggung
jawab. Disini lah peran anda sebagi penyeleksi para calon pekerja anda.
2. Mengatasi Masalah Bahan Baku
Sebenarnya masalah bahan baku bisa
anda atasi dengan kemampuan me lobi anda. Anda bisa menawar harga yang lebih
murah jika membeli dengan jumlah yang banyak pada produsen. Tentunya dalam
memilih produsen 2 hal yang harus diperhaitkan ialah kualitas dan harganya agar
hasil dari bisnis anda bisa bersaing dipasaran. Tetapkan juga standar kualitas
bahan baku agar usaha anda bisa bertahan lama .
3. Mengatasi Masalah Pemasaran
Ini
adalah salah satu faktor paling penting dalam kesuksesan sebuah bisnis. Tanpa
pemasaran yang baik ide dan gagasan yang baik tidak akan bertumbuh secara baik.
Pemasaran terdiri atas 4 aspek yaitu produk harga, promosi, tempat. Jika
keempat aspek diatas dapat anda menfaatkan tentu pemasaran lebih mudah dan
bisnis anda akan cepat bertumbuh.
1.2
Teori
Masing-Masing Anggota Kelompok
1.2.1
Mutia Lariza Andini – 17214671
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini
menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada
juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak
sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia
ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi
terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi
dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan
lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan
budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan
kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh
kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna
bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari
organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci
yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Secara Umum, Pengertian
Budaya Organisasi adalah sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh
organisasi dan menjadi panutan organisasi sebagai pembeda antara satu
organisasi dengan organisasi yang lain. atau budaya organisasi juga diartikan
sebagai nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima dan dipahami secara
bersama oleh anggota organisasi sebagai dasar dalam aturan perilaku yang
terdapat dalam organisasi tersebut.
Kelangsungan hidup organisasi di tentukan oleh kemampuan perusahaan memberi
tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan
usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan
perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain
meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok,
kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Sehubungan dengan itu, perusahaan harus
melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain
seperti kebijakan penjualan, penemuan baru, atau pengelolaan biaya dalam
mengahadapi realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya.
1.2.2
Pungki Santoso - 18214551
Menurut Robbins: Budaya
organisasi menurut Robbins adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.
Menurut Gareth R.
Jones: Definisi budaya organisasi menurut Gareth R. Jones adalah suatu persepsi
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, suatu sistem dari makna
bersama.
Menurut Walter R.
Freytag: Pengertian budaya organisasi menurut Walter R. Freytag bahwa budaya
organisasi adalah asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang disadari atau tidak
disadari yang mampu mengikat kepaduan suatu organisasi. Asumsi dan nilai
tersebut menentukan pola perilaku para anggota di dalam organisasi.
Menurut Larissa A.
Grunig, et.al.., : Menurut Larissa A. Grunig, et. al.., bahwa budaya organisasi
adalah totalitas nilai, simbol, makna, asumsi, dan harapan yang mampu
mengorganisasikan suatu kelompok yang bekerja secara bersama-sama.
Menurut Lathans (1998):
Budaya organisasi menurut Lathans (1998) adalah norma-norma dan nilai-nilai
yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota organisasi akan
berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.
Menurut Sarpin (1995):
Pengertian budaya organisasi menurut sarpin adalah suatu sistem nilai,
kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi
dengan struktur system formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku
organisasi.
Menurut Mondy dan Noe
(1996) budaya organisasi adalah system dari shared values, keyakinan dan
kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan
struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku.
Menurut Hodge, Anthony
dan Gales (1996): Budaya organisasi
menurut mereka adalah konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu
karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak kelihatan
(unobservable).
1.2.3
Rizqia
Dana Fadhillah – 19214743
Menurut
Susanto budaya organisasi adalah nilai nilai yang menjadi pedoman sumberdaya manusia
untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke
dalam perusahaan sehingga masing masing anggota organisasi harus memahami nilai
nilai yang ada dan sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau berperilaku
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota
yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Sistem makna bersama
ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
organisasi. Budaya organisasi adalah bagaimana organisasi belajar berhubungan
dengan lingkungan yang merupakan penggabungan dari asumsi, perilaku, cerita,
mitos, ide, metafora, dan ide lain untuk menentukan apa arti bekerja dalam
suatu organisasi.
Budaya
organisasi yaitu sebuah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan dalam berperilaku
dalam organisasi. Dimana akan diturunkan kepada anggota baru sebagai cara
bagaimana melihat, berfikir, dana merasa dalam organisasi, budaya memiliki
beragam fungsi dalam sebuah lingkup organisasi seperti menciptakan perbedaan
antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya, lalu budaya juga membuat
sebuah identitas organisasi.
Budaya juga turut membantu terciptanya
komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari kepentingan masing masing
individu, lalu budaya juga meningkatkan stabilitas sistem sosial, lalu budaya
bertindak sebagai mekanisme alasan yang cukup masuk akal, serta kendali yang
menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawannya.
Dari
berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan
suatu sistem yang berisikan norma norma perilaku, sosial dan moral yang dianut
oleh setiap individu di dalam organisasi untuk mengarahkan tindakan mereka
dalam mencapai tujuan organisasi.
1.2.4
RM Dandy Febrianto P - 18214702
Menurut Schein, pengertian budaya
organisasi adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan,
diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu, dengan maksud agar
organisasi elajar mengatasi dan menganggulangi masalah-masalah yang timbul
akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan
cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara
yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkanaan dengan
masalah-masalah tersebut.
Secara
umum pengertian Budaya Organisasi merupakan sebuah karakteristik yang dijunjung
tinggi oleh organisasi dan menjadi panutan organisasi sebagai pembeda antara
satu organisasi yang lain. Atau budaya organisasi juga diartikan sebagai
nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima dan dipahami dengan secara bersama
oleh anggota organisasi sebagai dasar dalam aturan perilaku yang terdapat dalam
organisasi tersebut.
Asal muasal budaya
organisasi bersumber dari pendirinya karena pendiri dari organisasi tersebut
memiliki pengaruh besar akan budaya awal organisasi baik dalam hal kebiasan
atau ideologi. Misalnya misi yang dapat ia paksakan pada seluruh anggota
organisasi. Yang dimana hal ini dilakukan dengan pertama merekrut dan
mempertahankan anggota yang sepaham. Kedua melakukan indokrinasi dan
mensosialisasikan cara piker dan berperilaku kepada karyawan, lalu yang
terakhir ialah pendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong anggota
untuk mengidentifikasi diri, dan jika organisasi mengalami kemajuan maka
organisasi akan mencapai kesuksesan, visi dan pendiri akan dilihat sebagai
faktor penentu utama keberhasilan.
1.2.5
Yogi Dwi Kurniawan - 1C214417
Menurut Gibson (1997 : 372) mendefinisikan budaya
organisasi
sebagai sistem yang menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada
disetiap organisasi. Kultur organisasi dapat mendorong atau menurunkan
efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang
dianut. Dari
definisi tersebut, penyusun mencoba menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi
merupakan suatu sistem yang dipahami oleh seluruh anggota organisasi/perusahaan
dimana sistem tersebut tidak tertulis namun telah melekat erat pada setiap
anggotanya serta menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang
lain dan dapat mempengaruhi sebuah organisasi.
Budaya memiliki beberapa fungsi dalam
sebuah organisasi seperti budaya menciptakan perbedaan antara suatu organisasi
dengan yang lainnya, budaya membuat identitas suatu organisasi, budaya membantu
terbentuknya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari pada kepentingan
individu, budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial, budaya bertindak
sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali
yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Selain mempunyai berbagai fungsi seperti
yang disebutkan di atas, budaya organisasi juga rupanya dapat menjadi sebuah
hambatan seperti hambatan sebagai keberagaman, hambatan bagi akuisisi dan
merger.
Dari pemaparan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan elemen penting
dalam suatu organisasi/perusahaan karena budaya organisasi merupakan suatu ciri
khas pada sebuah organisasi/perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Unit Usaha
Happiness Kitchen & Coffee dibuka pada tanggal
16 April 2016, yang memiliki slogan Happiness Start From Here. Pemilik Happiness Kitchen &
Coffee, Deddy Satriawan dan Dian Ariani, sengaja menghadirkan konsep yang
lebih indentik dan terinspirasi dengan coffee shop yang
ada di Belanda sehingga owner
ini mendesainnya dalam industrial dan homey yang membuat konsumen merasa nyaman
jika berada di tempat ini. Desain di dalam restoran ini menggunakan berbagai
macam warna pastel, dan memiliki dua ruangan yaitu indoor dan outdoor. Suasana
outdoor di buat dengan konsep garden. Setiap spot di tempat ini bisa dijadikan
tempat untuk berfoto dengan tema yang
berbeda-beda. Dan yang menjadi spot favorit di antaranya meja satu sampai empat
yang dindingnya terdapat tulisan Happiness, kemudian pintu masuk dengan
background rumah Belanda, lalu lukisan mural dan area belakang jendela rumah
kayu.
Sejak
didirikan, Restoran ini memiliki kapasitas 160 seat ini ramai dikunjungi,
terbukti total customer yang datang kurang lebih sebanyak 2792 orang. Happiness
Kitchen & Coffee berada di Jl. Moh. Kahfi 1 No. 36 A, Ciganjur, Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Restoran ini buka setiap hari dari mulai pukul 10.00 – 22.00
WIB.
2.1.1 Profile Restoran Happiness Kitchen
& Coffee
Nama :
Happiness Kitchen & Coffee
Jenis Usaha :
Perdagangan Makanan dan Minuman
Alamat :
Jl. Moh. Kahfi 1 No. 36 A, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kota/Negara :
Jakarta 12630 / Indonesia
Telepon :
(021) 227-14-835
2.1.2 Mekanisme Operasional
1)
Faktor
Produksi dan Operasi
Dalam
hal pengolahan bahan baku hingga menjadi menu siap saji, lakukan oleh karyawan
dibawah pengawasan bagian produksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
kualitas menu dan penyajiannya tetap terjada dan memiliki cita rasa yang khas,
hal ini menjadi salah satu kekuatan bagi kekuatan bagi restoran Happiness
Kitchen & Coffee.
Pengorganisasian
di restauran ini secara keseluruhan dibawah pengawasan Owner . Owner membagi jam
kerja menjadi shift yaitu shift morning
antara pukul 08.00-16.00, shift middle
antara pukul 12.00-20.00 dan shift
closing jam 14.00-22.00. Setiap shift
morning diisi oleh lima orang karyawan, shift
middle diisi oleh dua orang karyawan dan shift closing diisi oleh sepuluh orang karyawan.
2)
Sumber
Daya Manusia
Kualitas pelayanan tidak lepas dari sumber daya manusia
Happiness Kitchen & Coffee memiliki sumber daya manusia yang berkualitas
dan mengerti tentang menu yang mereka jual.
3)
Faktor
Pemasaran
Faktor pemasaran ini
berhubungan dengan produk, harga, distribusi perusahaan, dan promosi. Pemasaran
yang dilakukan sekiranya sudah baik untuk dan berhasil mencapai omset yaitu
sekitar Rp. 80 juta-100 juta/bulan.
2.1.3 Struktur Organisasi
Keterangan
Struktur Organisasi:
1. Owner:
Pemilik restaurant dan sekaligus pimpinan bagi seluruh bagian atau karyawan
dalam restaurant tersebut.
2. Marketing
Promotion: Bertanggung jawab untuk mempromosikan restoran melalui akun sosial
media ataupun promosi yang dilakukan restoran seperti memberikan diskon special
setiap pembelanjaan pada saat waktu yang telah ditentukan.
3. Accounting:
Bertanggung jawab atas laporan keuangan restoran terhadap owner restoran
tersebut.
4. Manager
Restaurant: Bertanggung jawab untuk mengawasi daily operational di restoran supaya selalu dapat memberikan dan
menyajikan kualitas pelayanan secara maksimal serta menjaga standar pelayanan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan; merancang ide kegiatan yang
kreatif agar dapat menambah pemasukan keuangan restoran; memberikan pelatihan
kepada karyawan; mengawasi biaya atau pengeluaran dan harus sesuai dengan
presentasi standard cost yang telah ditetapkan manajemen.
5. Supervisor
Restaurant: Bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dalam kegiatan
operasional restaurant seperti cek kehadiran karyawan, cek daftar pesanan, cek
persediaan barang dan bahan, cek standart kualitas menu, dan sebagainya.
6. Leader
Barista: Bertanggung jawab dalam operasional produksi restoran yaitu membuat
minuman seperti coffee dan minuman lainnya.
7. Leader
Kitchen: Bertanggung jawab dalam operasional produksi di restoran yaitu
mengelola dapur, menyusun menu, membuat standart recipe beserta food cost nya, membuat purchase order (bahan-bahan), mengawasi
jalannya operasional dapur, dan sebagainya.
8. Cashier: Bertanggung jawab untuk menjalankan proses penjualan dan
pembayaran, melakukan pencatatan atas semua transaksi, melakukan proses
transaksi pelayanan jual beli.
9. Server:
Bertanggung jawab untuk melayani dan memenuhi semua kebutuhan tamu. Server juga bertugas mempersiapkan perlengkapan yang
akan digunakan dalam operasional seperti serta menjaga kebersihan dan keamanan
lingkungan kerja.
10. Steward:
Bertanggung jawab untuk mengurus
alat-alat dapur pada restoran mengupayakan kebersihan lingkungan daerah kerja
agar terhindar dari gangguan kesehatan bagi konsumen maupun karyawan.
2.1.4
2.2
Kaitan
Unit Usaha Dengan Teori Budaya Organisasi
2.2.1
Budaya Organisasi
Menurut Gareth R. Jones dalam buku Pengantar Bisnis Moder
Abad 21 (Darsono: 2016 hal 174) Budaya Organisasi adalah suatu bentuk acuan
interaksi para anggota organisasi dan bentuk acuan interaksi dengan pihak luar.
Bentuk acuan itu adalah nilai, norma-norma, dan aturan-aturan sebagai dasar
para anggota untuk berfikir dan berperilaku. Hakikatnya budaya organisasi
adalah alat untuk menafsirkan dan mereaksi kondisi objektif, dan budaya
organisasi dapat dijadikan sumber tenaga keunggulan kompetitif.
Dalam restoran Happiness Kitchen and Coffee budaya
organisasi dapat terlihat dari peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di
tempat ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Para karyawan harus menggunakan
seragam yang telah disediakan oleh office.
2. Kedisiplinan untuk para karyawan
agar datang tepat waktu.
3. Sopan dan ramah dalam berperilaku
terhadap pelanggan atau konsumen.
4. Jujur dalam melayani konsumen.
5. Para karyawan harus selalu menjaga
kerapihan dan kebersihan di lingkungan kerja.
6. Memahami makanan dan minuman yang
tersedia.
2.2.2
Kendala mewujudkan kinerja bisnis
Happiness Kitchen and Coffee dalam pencapaian tujuan etika
bisnis terdapat beberapa masalah dan kendala. Beberapa kendala tersebut yaitu :
1. Masalah permodalan Happiness Kitchen
and Coffee dengan menggunakan “Joint Venture” yaitu membuka usaha dengan
mengajak pihak lain untuk dengan pantungan modal dan keuntungannya akan dibagi
sesuai saham yang ditanamkan termasuk kerugian yang ditanggung oleh kedua belah
pihak namun ada perjanjian diantara kedua belah pihak untuk menghindari konflik
di waktu mendatang.
2. Masalah Tenaga Terampil bertepatan
dengan kualitas pelayanan tidak lepas dari sumber daya manusia Happiness
Kitchen & Coffee dengan memberikan pelatihan kepada setiap karyawan sesuai
dengan jobdesk masing-masing sehingga perusahaan akan memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas dan memahami pekerjaan masing-masing serta dapat
mengerti tentang menu yang mereka jual.
3. Masalah Bahan Baku pada Happiness
Kitchen and Coffee adalah ketergantungan restoran dengan supplier karena dari supplier-lah bahan-bahan tersebut dapat
diolah dan dijual kembali. Hubungan antara supplier
dengan restoran tentu tidak selalu berjalan dengan baik, terkadang terhambat
oleh banyaknya kendala yang didapatkan. Oleh karena itu, restoran tersebut
jangan hanya terpaku kepada satu supplier
saja. Owner dapat mencari alternatif supplier
yang lain dengan membandingkan harga dan kualitasnya.
4. Masalah Pemasaran,
sistem penjualan yang dilakukan oleh Happiness Kitchen & Coffee terbilang
baru yang didirikan setahun lalu, restoran ini juga belum membuka cabang dan
hanya menggunakan saluran distribusi langsung dengan mendirikan restoran ini
ditempat yang strategis. Hal ini memudahkan para konsumen untuk menjangkau
tempat tersebut yang dapat diakses menggunakan angkutan umum dan berada tepat
di depan jalan raya agar para konsumen yang sudah menjadi langganan, tetap
dapat merasakan penyajian makanan yang khas yang tidak didapatkan pada restoran
lain. pihak manajemen juga memberikan promo-promo menarik dengan minimal
berbelanja pada hari yang telah ditentukan serta dengan memberikan ciri khas
tulisan-tulisan happiness pada dinding restoran ini sehingga muncul keinginan
untuk datang kembali, selain itu diharapkan juga dapat menciptakan konsumen
baru yang memilih Happines Kitchen & Coffee sebagai alternative tempat
makan yang akan dikunjungi. Namun
restoran ini terbilang baru yang didirikan setahun lalu, restoran ini juga
belum membuka cabang dan hanya menggunakan saluran distribusi langsung.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Happiness Kitchen and Coffee
merupakan salah satu jenis kuliner yang dikenal luas masyarakat khususnya
daerah Jakarta Selatan dan restoran ini merupakan salah satu restoran yang
paling diminati oleh masyarakat luas karena lokasi yang mudah dijangkau dan
letaknya strategis dengan suasana desain interior yang membuat pelanggan aau
konsumen merasa nyaman jika berlama-lama ada direstoran ini didukung dengan
fasilitas yang memadai.
Faktor-faktor yang terpenting
mengapa para konsumen memilih makan di Happiness Kitchen and Coffee dari pada
tempat yang lain adalah menu yang bervariasi dengan harga yang terjangkau
sesuai dengan kualitas dan cita rasa yang diberikan membuat masyarakat
berkali-kali datang dengan sanak saudara, rekan kerja atau quality time bersama
family. Serta pelayanan yang responsive dan ramah sehingga membuat konsumen
merasa puas dan tertarik untuk selalu datang ke rumah makan ini.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Darsono Prawironegoro. 2016. Pengantar Bisnis Modern abad 21.
Jakarta: Mitrawacana Media.
Kreitner, Robert,
Angelo Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta
: Salemba Empat.
Thoha,
Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Wahab,
Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit
Alfabeta, 2008
https://allaboutperilakuorganisasi.wordpress.com/2014/05/28/budaya-organisasi/
http://junioribel.blogspot.co.id/2016/11/kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis.html
http://junioribel.blogspot.co.id/2016/11/kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis.html
Komentar
Posting Komentar